Sajak Tsunami Aceh

Widayanti

Dalam do'a kuukir nisan-nisan
Kembalilah ke taman indah

Berhiaskan berjuta bunga
Berteman seribu bintang
Berbekal seribu ayat yang kau lakoni selama di alam fana ini
Termaafkan segala hilap
Ini lah asa dan doa kami untukmu para syahidan.

Tak sampai 5 hari lagi angka berganti 2005
Seiring semburat keemasan diufuk timur pertanda hari kan mulai
Kau pun berteriak...Allahu Akbar...Allah Maha Besar
Menangis ...menjerit...mengerang
Menghindar murka tsunami
Tapi apalah daya manusia...
Jiwamu pun lebur bersama air bah dan lelumpuran
150.000 lebih jiwa melayang
Bibirku kering tak sanggup tuk mengeja nama-nama mu.
Hatiku pilu...
Nisan tak sanggup menampung jumlahmu
Maka onggokan jiwa pun menyatu dalam satu kubur
Gelap gulita...
Kau berteriak dalam bunyi yang terdiam.

Jiwa yang tersisa kini mengais tanah dan reruntuhan
Mencari belahan jiwa dengan penuh harap
Meski akhirnya menjerit pilu terhadap kenyataan
Yang lainnya...
Mengisut-isut badannya
Tuk mencari sesuap nasi
Mencari selembar kain penutup aurat
Yang lainnya
Bisu berdiam diri
Matanya merawang tanpa tujuan
Yang lainnya...
Yang lainnya...
Ah rasanya kata-kata kini enggan berteman denganku
Atau mereka sedang ikut berduka juga?

Kau tulis pesan dengan tinta darah dan tangisan
Pada reruntuhan bangunan dan tanah merah
Siapkan diri tuk menghadap-Nya
Ajal kan menjemput tanpa berbincang terlebih dahulu
Agar syahid dan kemenangan sebagai hasil.
Kau ukir makna pada air yang menepi.
Tuk membuka mata hati.

Sendai, Jan 2005
*****
Sumber: parisvanjavaa