Atjeh di Penghujung Kata (Tsunami 2004)

Puisi: Iman Arifandi

Lahir aku di bumimu Ibu
Lahir aku pada puisi membisu
Bisu pada tanah yang tak ramah
Bisu pada laut yang kalut
Apakah aku harus berpegang
Pada ganggang berhulu pedang
Coba hadang maut
yang membentang
Sedang aku tahu

Aku hanya punya puisi
Dikala aku membendung amarah
dan cobaan Illahi
Coba tangkap sepah
Yang mengalirkan darah
Membujurkan ribuan jasad di tanah
Dan memuingkan kokohnya titah
Pada maut...
Pada maut aku kalungkan resah
Resah pada alam yang merekah marah
Membelah tuah menghanyutkan kisah

Atjeh di penghujung kata...
Ribuan masa, laut memberi arti
Menyimpan janji untuk anak negeri
Kini laut memungkiri
Dengan mengirimkan ribuan peti mati
Dan mengoyak luka Ibu Pertiwi
Adalah masa kemasa berkelana
dengan lautan mesiu
Kini harus menanggung seru
dalam lautan pilu
Adakah setitik cobaan darimu
Ya Rabby

Atjeh di penghujung kata...
Beri aku kias sejarahmu
Aku tak mau seribu tengku membatu
Dalam pigura rencong
negeri berpenghulu
Terlalu banyak yang kau beri
wahai tanah serambi
Dari kisah antah berantah
sampai rencong yang berdarah
Sampai aku pada malu
Hanya puisi pengantar setitik rasa
Sedangkan malang tak terbilang
Pada tanah yang hampir hilang

Atjeh di penghujung kata...
Seribu Tsunami mengukir lembah
Membelah resah
Diantara sengketa tanah yang tak sudah
Kala barisan maut meniti bumi Pertiwi
Menghadang setiap jengkal
yang menghela masa
Sudahkah aku berkata?
Aku tak tahu adakah sekarat
di ujung barisan nikmat
Lelah aku untuk mengatur langkah
Sampai aku pada malu
Malu aku pada marah
Malu aku pada serapah
Malu pada keluh kesah
Sedang aku hanya merangkai kata
dalam lautan puisi

Seribu puisi mampu aku beri
Seribu kata mampu aku meraja
Seribu rencong
mampu aku gendong
Tapi aku hanya ada sepah
Adakah aku di ujung resah?

Atjeh di penghujung kata...
Diam aku tak bersuara
Habis baris untuk aku merangkai
Peluhpun aku tak punya
Kuburkan aku bersama puing-puing
anak negeri
Ingin aku meraba
Dalam gelapnya asa
Merangkai langkah dalam titah
Tapi aku hanya sepenggal mimpi
Buat aku hadirkan siang yang telah mati

Atjeh dalam barisan doa...
Beri aku selangkah masa
Buat aku melihat dalam rasa
Biar kata tak lagi bermakna
Biar jiwa tak lagi beraga
Biar napas tak lagi mengulas
Atjeh dalam kata...
Tujuh rencong telah aku siapkan
Tujuh petala bumi pengambil tuah
Buat aku tengadah
Ya...Rabby...
Atjeh...
Aku hanya ada sepenggal puisi...

Dabo Singkep,30-12-04
*****
Sumber: parisvanjavaa